Merangkai sajak pertama untuknya,
Atas kekaguman yang terindah,
Atas lahirnya jiwa yang tak pernah ada,
Mengusik sanubari yang tertidur.
Atas kekaguman yang terindah,
Atas lahirnya jiwa yang tak pernah ada,
Mengusik sanubari yang tertidur.
“Biar waktu cepat berlalu,
Aku selalu menunggumu…”
Bait yang terukir dalam,
Menjadi garis tangan yang bisu.
Aku selalu menunggumu…”
Bait yang terukir dalam,
Menjadi garis tangan yang bisu.
“Dalam hidup engkau meninggalkanku,
Dalam mimpi engkau datang padaku…”
Bait yang selalu disenandungkan,
Saat mengingat sahabat…
Dalam mimpi engkau datang padaku…”
Bait yang selalu disenandungkan,
Saat mengingat sahabat…
Jika mungkin kembali sejengkal waktu,
Kan terabadikan persahabatan ini,
Kan terjaga dari kefanaan rasa itu,
Hingga kenangan ini dibuka kembali.
Kan terabadikan persahabatan ini,
Kan terjaga dari kefanaan rasa itu,
Hingga kenangan ini dibuka kembali.
Tuhanku,
apakah Engkau
akan menelantarkan
harapan-harapanku.
Ia terbangakan menelantarkan
harapan-harapanku.
dalam naungan kemurahan-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar